Pages

Saturday, December 30, 2017

Tahun 2017, Gimana rasanya (?)

Assalamualaikum wr wb..

Selamat menuju 2018!!

Lagi rajin mau bersihin sarang debu di blog ini, ternyata 2016 rajin juga, rajin bikin draft tapi gak diselesain. Hehe. Tahun 2017 gak ada draft sama sekali. Padahal ya, 2017 itu tahun full dirumah aja, kayaknya semakin kebukti kalo saya ini tipikal wanita yang lebih baik punya kesibukan rutin. Karena semua hal jadi bisa lebih multitasking. Terasa selama gak kerja kantoran, banyak niat-niat yang ke skip karena alasan yang gak jelas.

Ini tahun ke2 saya menjadi Ibu yang gak kerja kantoran. Rasanya? sudah mulai jenuh. hehe. Tapi, saya gak kangen ngantor kok, cuma kangen rutinitasnya aja. Semua serba on schedule. Otak dipaksa mikir hal yang pasti dan ditunggu. Ritme deadline yang ngeselin tapi ngangenin juga. Suasana ketemu banyak orang diluaran sana, jadi semangat tersendiri. Cuma gak suka ngantor itu, ya macet sama diomelin bos/klien aja. Ohiya, satu lagi, gak bisa setiap saat bersama anak. Nah yang satu ini nih jadi trigger utama untuk stay dirumah sebetulnya. Tapiiiiii?????

Makin kesini kenapa ya saya suka berpikir, kayaknya lebih sehat (untuk saya dan anak) kalo setiap hari nya tuh ada jeda waktu antara kami untuk gak selalu berinteraksi. Loh kok gitu sama anak? iya, beda-beda kali ya setiap ibu rasanya. Atau sebenernya sama tapi mengelak? hihihi.

Masya Allah tabarakallah.. Kinan tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar dengan caranya sendiri. (Saya takut me-labelling anak sendiri). Hehe. Untuk yang baik2nya, cukup kami orangtua nya aja yang bersyukur dalam hati ya. Di sisi lain, Kinan juga punya sifat/sikap yang perlu banget dirubah dan diasah. Sepenilaian saya sebagai ibunya, Kinan belum pintar mengendalikan emosi, berbagai emosi ya. Baik ataupun buruk. Kok baik? Iya, bahkan disaat dia lagi senang atau dipuji, dia bisa salah tingkah dan berubah. Kalo yang buruk sih gak usah ditanya ya, emosi buruk gimana sih. Yang masih suka marah, enggan berbagi, dll.

Kalo di screening, banyak hal yang mungkin jadi pemicu. Blaming terparah saya dan suami itu adalah flashback ketika Kinan masih umur 1 tahunan pernah jatoh dari ketinggian cukup tinggi, dan mengakibatkan ada bagian kepala nya jadi "emoy" (apa ya bahasa enaknya? ngerti kan?). Ini hanya satu hal yang bisa aja jadi pemicu bisa juga gak. Saya khawatir ada efek yang mempengaruhi kesinkronan indera nya sehingga Kinan punya kecendrungan seperti sekarang (untuk hal buruk), ngaruh gak sih?? Tapi banyak juga diluaran sana anak yang seperti Kinan ya, mudah2an gak ada pengaruhnya efek jatuh tadi ya. Alias hanya sesuatu yang pasti bisa dirubah. (ibunya kadang suka pesimis sama anak sendiri. jangan ditiru!)

Tapi, selain itu juga ada faktor eksternal, yaitu orangtuanya yang mungkin secara sengaja/tidak sengaja menyontohkan hal tidak baik (biasanya sih ini kalo kita nya juga dalam kondisi emosi). Atau faktor tontonan? bisa jadi. Karena Kinan bukan anak yang saya bebaskan TV, hanya dibatasi dan diberi aturan (versi saya). Kalo gadget, saya masih gak yakin itu pengaruh utama, karena Kami khususnya saya, agak membatasi perihal gadget. Tidak free gadget sama sekali sih setiap harinya. Apalagi saat crancky, gadget andalan kami bingits. wkwk. Pembenarannya mah, yaudah gapapa lah, yang penting pas lagi mood nya bagus dia gak nyariin gadget mulu. hehe.

Jujur ya, kadang suka iri sama orangtua khususnya ibu yang bisa kontrol emosi atau selalu berafirmasi positif di kehidupan motherhood nya. Kok saya susah sih? padahal saya tipikal pendiam, bukan yang ekspresif di hal lain. Kenapa gak kebawa juga ya di motherhood saya. Hmmm aneh. Sampai ada yang berucap, kok yang biasanya kalem, sama anak bringas banget. Heeuu kalo udah gini, nyesek tapi bingung jelasinnya. Sempet parno apa saya kena semacam syndrom sesuatu yang disebabkan karna stress dengan ritme ibu yang stay dirumah?

Sempet loh sebelum Kami memutuskan untuk menyekolahkan Kinan di playgroup, hampir 2hari sekali siang hari saya absen di mall. Tujuan utama biar anak bisa main di playground mall, sambil makan siang. Yang penting keluar rumah. Tapi agak berkurang semenjak sekolah, karena mulai berpikir efisiensi tenaga dan dana juga.

Saat saya menulis ini, kondisinya sedang menuju bulan siaga lahiran anak ke-2 Kami. Alhamdulillah. Sempat mencari celah, apa mungkin rasa jenuh ini salah satunya karena saya juga lagi hamil sambil mengurus toddler? si Kakak juga jadi berubah lebih moody-an. Tantangan banget emang sih di semester ke2 tahun 2017 ini.

Kayaknya emang 2018 saya harus lebih bisa menata hati menjadi seorang ibu atas 1 toddler dan menuju 1 baby nanti. Tugas lebih berat menanti. Mungkin kadar kedekatan saya dengan Allah SWT juga perlu dikaji lagi. Dan pelampiasan dengan cara menulis (dengan kejujuran) juga dibutuhkan sepertinya. Bismillah, beberapa jam lagi tahun berganti. Semoga menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Wassalamualaikum wr wb..

No comments:

Post a Comment